JATHIL

Cavalry The character in Reyog Ponorogo Dance

BUJANGGANONG

Cute character with supernatural powers in Reyog Ponorogo Dance

WAROK PONOROGO

Spiritual leaders with supernatural powers in Reyog Ponorogo Dance

"REYOG PONOROGO"

Awesome Heritage of "The Biggest Mask Dance" from Ponorogo

PRABU KLONOSEWANDONO

King's Figures in Reyog Ponorogo Dance

Jumat, 05 September 2014

Warok Ponorogo


Tokoh/figur Warok Ponorogo dalam Tarian Reyog Ponorogo adalah Sosok dengan perawakan kekar dengan wajah garang, pandangan tajam, berjambang dan berkumis (full maskulin) serta memiliki ilmu kesaktian yang sangat tinggi, sebagai orang-orang kepercayaan Prabu Klonosewandono sebagai Raja di Kerajaan Bantarangin dalam mengamankan wilayahnya.

Ada beberapa versi yang mendefinisikan secara etimologi tentang kata Warok yang menggambarkan sosok dalam Tarian Reyog Ponorogo
  1. "Warok" yang berasal dari kata wewarah adalah orang yang mempunyai tekad suci, memberikan tuntunan dan perlindungan tanpa pamrih. Warok adalah wong kang sugih wewarah (orang yang kaya akan ajaran). Artinya, seseorang dianggap warok karena mampu memberi petunjuk atau pengajaran kepada orang lain tentang hidup dan kehidupan yang baik.Warok iku wong kang wus purna saka sakabehing laku, lan wus menep ing rasa (Warok adalah orang yang sudah sempurna dalam laku hidupnya, dan sampai pada pengendapan batin). Selain itu, warok juga dikenal memiliki sifat kesatria seperti berbudi luhur, jujur, bertanggung jawab, rela berkorban untuk kepentingan orang lain, bekerja keras tanpa pamrih, adil dan tegas, dan memiliki ilmu kesaktian yang tinggi.
  2. "Warok" berasal dari kata wara yang berarti pria agung atau pria yang di agungkan, karena memiliki kelebihan dibandingkan dengan orang kebanyakan, baik kelebihan lahir maupun bathin
Warok merupakan karakter/ciri khas dan jiwa masyarakat Ponorogo dan telah mendarah daging dalam kehidupan masyarakat dari generasi ke generasi.
Dalam Tarian Reyog selain Tokoh Warok yang dikenal dengan sosok diatas, terdapat pula Tokoh yang digambarkan sebagai seseorang yang sudah tua memiliki badan yang kurus dengan jambang dan kumis panjang berwarna putih. Tokoh ini disebut Warok Tua, yang merupakan figur penasihat Prabu Klonosewandono yang bertugas sebagai guru/pembimbing bagi para Warok (warok muda)

diolah dari berbagai sumber

Prabu Klonosewandono

Prabu Klonosewandono
antara cerita, dongeng, legenda ataukah sejarah
Prabu Klonosewandono merupakan salah satu tokoh/figur dalam tarian Reyog Ponorogo sebagai Penguasa/Raja Kerajaan Bantarangin.
Ada beberapa versi yang dapat menggambarkan tokoh Klonosewandono.
  1. Prabu Klonosewandono adalah seorang Putra Raja Kahuripan/Jenggala (Raden Panji Kelana-Raden Panji Siswo Handono) - versi Ki Kasni Gunopati (mbah Wo Kucing)
  2. Prabu Klonosewandono adalah seorang Putra dari Prabu Airlangga - versi wengker
  3. Prabu Klonosewandono adalah merupakan tokoh fiktif/tidak dikenal - versi surukubeng
  4. Prabu Klonosewandono berguru kepada 3 Resi : Raden Mas Jin Jami Jaya (Penguasa gunung Semeru), Raden Panji Nilosuwarno (Penguasa sumur Jolotundo, Blitar) Ki Gedug Padang Ati (Penguasa gunung Probolinggo) dan terakhir berguru kepada Sunan Lawu - versi Ki Kasni Gunopati (mbah Wo Kucing)
  5. Prabu Klonosewandono adalah murid Ki Ajar lawu dari padepokan di lereng gunung Lawu - versi Bantarangin,
  6. Prabu Klonosewandono mendirikan kerajaan Bantarangin setelah selesai berguru di padepokan lereng gunung lawu
  7. Prabu Klonosewandono menerima mandat untuk memimpin Kerajaan Bantarangin dari 3 Resi yang sekaligus adalah gurunya - versi Ki Kasni Gunopati (mbah Wo Kucing)
Dari latar belakang di atas mungkin tidak akan bisa menjelaskan dengan rinci siapa sebenarnya Tokoh Prabu Klonosewandono yang terdapat dalam tarian Reyog Ponorogo, dan mungkin juga akan tetap menjadi misteri keberadaannya, karena masing-masing pemerhati budaya ataupun praktisi kesenian punya pendapat masing-masing tentang tokoh yang satu ini.

diambil dari berbagai sumber

Sejarah Berdirinya Ponorogo

Menurut Babad Ponorogo (Poerwowidjojo;1997) berdirinya Kabupaten Ponorogo dimulai setelah Raden Katong sampai di wilayah Wengker. Pada saat itu Wengker dipimpin oleh Suryo Ngalam yang dikenal sebagai Ki Ageng Kutu. Raden Katong lalu memilih tempat yang memenuhi syarat untuk pemukiman (yaitu di dusun Plampitan Kelurahan Setono Kecamatan Jenangan sekarang). Melalui situasi dan kondisi yang penuh dengan hambatan, tantangan, yang datang silih berganti, Raden Katong, Selo Aji, dan Ki Ageng Mirah beserta pengikutnya terus berupaya mendirikan pemukiman.
Tahun 1482 – 1486 M, untuk mencapai tujuan menegakkan perjuangan dengan menyusun kekuatan, sedikit demi sedikit kesulitan tersebut dapat teratasi, pendekatan kekeluargaan dengan Ki Ageng Kutu dan seluruh pendukungnya ketika itu mulai membuahkan hasil.
Dengan persiapan dalam rangka merintis kadipaten didukung semua pihak, Bathoro Katong (Raden Katong) dapat mendirikan Kadipaten Ponorogo pada akhir abad XV, dan ia menjadi adipati yang pertama.
Kadipaten Ponorogo berdiri pada tanggal 11 Agustus 1496, tanggal inilah yang kemudian di tetapkan sebagai hari jadi kota Ponorogo. Penetapan tanggal ini merupakan kajian mendalam atas dasar bukti peninggalan benda-benda purbakala berupa sepasang batu gilang yang terdapat di depan gapura kelima di kompleks makam Batara Katong dan juga mengacu pada buku Hand book of Oriental History. Pada batu gilang tersebut tertulis candrasengkala memet berupa gambar manusia yang bersemedi, pohon, burung garuda dan gajah. Candrasengkala memet ini menunjukkan angka tahun 1418 Saka atau tahun 1496 M. Sehingga dapat ditemukan hari wisuda Bathoro Katong sebagai Adipati Kadipaten Ponorogo yaitu hari Minggu Pon, tanggal 1 Besar 1418 Saka bertepatan tanggal 11 Agustus 1496 M atau 1 Dzulhijjah 901 H. Selanjutnya melalui seminar Hari Jadi Kabupaten Ponorogo yang diselenggarakan pada tanggal 30 April 1996 maka penetapan tanggal 11 Agustus sebagai Hari Jadi Kabupaten Ponorogo telah mendapat persetujuan DPRD Kabupaten Ponorogo
Sejak berdirinya Kadipaten Ponorogo dibawah pimpinan Raden Katong , tata pemerintahan menjadi stabil dan pada tahun 1837 Kadipaten Ponorogo pindah dari Kota Lama ke Kota Tengah menjadi Kabupaten Ponorogo hingga sekarang
Asal-usul nama Ponorogo sendiri bermula dari kesepakatan dalam musyawarah bersama Raden Bathoro Katong, Kyai Mirah, Selo Aji dan Joyodipo pada hari Jum'at saat bulan purnama, bertempat di tanah lapang dekat sebuah gumuk (wilayah katongan sekarang). Didalam musyawarah tersebut di sepakati bahwa kota yang akan didirikan dinamakan “Pramana Raga”yang akhirnya lama-kelamaan berubah menjadi Ponorogo.
Pramana Raga terdiri dari dua kata: Pramana yang berarti daya kekuatan, rahasia hidup, permono, wadi sedangkan Raga berarti badan,j asmani. Kedua kata tersebut dapat ditafsirkan bahwa dibalik badan, wadak manusia tersimpan suatu rahasia hidup(wadi) berupa olah batin yang mantap dan mapan berkaitan dengan pengendalian sifat-sifat amarah, aluwamah, shufiah dan muthmainah. Manusia yang memiliki kemampuan olah batin yang mantap dan mapan akan mnempatkan diri dimanapun dan kapanpun berada.

sumber : ponorogo.go.id

Kamis, 04 September 2014

Asal-usul Desa Mrayan

Desa Mrayan merupakan salah satu desa di Kecamatan Ngaryun Kabupaten Ponorogo, yang berbatasan dengan Kecamatan Slahung dan Wilayah Kabupaten Pacitan
Menurut sumber cerita yang berkembang dari beberapa sesepuh, asal-usul atau riwayat Desa Mrayan dapat diuraikan sebagai berikut :
Pada zaman dahulu kala ada seorang pengembara atau pendatang yang tidak diketahui asal-usulnya, maupun darimana pengembara tersebut berasal. Setelah ada di Desa Mrayan beliau beristirahat, kemudian selang beberapa hari beliau melanjutkan pengembaraannya menuju arah selatan.
Pada waktu pengembaraannya beliau menemukan pohon yang banyak buahnya yang rasanya manis dan asam dan tak lain pohon tersebut adalah pohon pakel, maka disitulah dinamakan dusun/dukuh pakel. Kemudian disitulah beliau menetap dan kemudian beliau membuka hutan untuk dijadikan lahan pertanian dan perkampungan. Oleh karena kegigihan dan kerja kerasnya beliau terus melanjutkan membuka hutan untuk lahan pertanian dan perkampungan sampai dengan dukuh krajan. Oleh karena pengembara tersebut tidak diketahui asal muasalnya akhirnya banyak orang yang menamai beliau dengan Mrayahng (mbrayang) yang lambat laun digunakan untuk menamai perkampungan yang telah dibuka beliau, sehingga sekarang dikenal sebagai Desa Mrayan

Asal-usul Desa Binade

Pada zaman dahulu, Desa Binade merupakan daerah hutan, kemudian datanglah seorang yang menamakan dirinya sebagai Sang Nabi (dalam bahasa Jawa dimaksud "WONG SING LINUWIH") yang artinya punya kepandaian dan kesaktian. Kemudian dia menancapkan sebuah patok BATU atau PAL yang sampai saat ini batu tersebut dikeramatkan oleh masyarakat. Batu tersebut bertuliskan huruf jawa kuno dan bergambar burung perkutut, sehingga menyerupai sebuah arca dan hingga kii diberi nama Ngreco yang diabadikan untuk sebuah nama lingkungan di dukuh Krajan Desa Binade.
Dari berbagai sumber yang telah ditelusuri dan digali, asal-usul desa Binade Kecamatan Ngrayun dapat diuraikan sebagai berikut :
Pada sekitar abad 16 ada seorang pendatang dari sebuah kerajaan yang menamakan diri Kanjeng Kendang. Beliau datang bersama pengikutnya menginap beberapa hari di daerah ini. Berhubung daerah ini belum diberi nama, kemudian dia memberi nama daerah yang merupakan hutan belantara dengan nama BINADE, yang dikandung maksud mengambil dari nama orang pertama yang datang di wilayah ini bernama sang nabi yang merupakan orang yang sakti dan besar (gedhe) pengaruhnya. Maka beliau mengambil nama dari istilah Nabine Gedhe yang kemudian menjadi Binade.

Folktale-Cerita Rakyat (antara dongeng, legenda dan sejarah)

Folktale
Antara Cerita, Cerita Rakyat, Dongeng, Legenda dan Sejarah

Sebutan suatu tempat, suatu kebiasaan/adat, penandaan terhadap waktu-waktu tertentu biasanya tidak lepas dari kronologis dan riwayat kejadiannya. Manakala sebutan atau pemberian nama atas suatu tempat, adat atau waktu, secara runtut (berkesinambungan) dengan sumber-sumber yang dapat dipercara tanpa terputus sampai dengan saksi mata pada saat terjadinya hal-hal tersebut maka cerita turun temurun yang sampai pada kita hari ini, dapat dikatakan sebagai sebuah cerita sejarah, dengan tokoh yang nyata, tempat yang nyata, peristiwa dan kejadian yang nyata pula.
Namun manakala suatu cerita yang kita dengar secara turun temurun dari berbagai sumber tentang sebutan suatu tempat, suatu kebiasaan/adat, penandaan terhadap waktu-waktu tertentu masih simpang siur mengenai pelaku/tokoh, tempat kejadian maupun waktu kejadiannya bisa jadi perlu penelusuran lebih jauh untuk diakui sebagai cerita sejarah, selama penelusuran belum dapat membuktikan, tentunya cerita ini bisa disebut sebagai dongeng, legenda atau cerita rakyat.
Banyak sekali cerita, dongeng, legenda maupun mitos yang berkembang dan bertahan dalam kehidupan masyarakat kita baik mengenai dongeng asal-usul nama suatu tempat, legenda asal-usul, cerita asal-usul dan lain sebagainya yang tidak sedikit yang mempercayai bahwa asal-usul sesuatu hal itu memang benar adanya sesuai cerita yang mereka terima. Sebagai contoh adalah cerita dalam "Wayang Purwo". Banyak masyarakat yang mempercayai bahwa tokoh-tokoh dan tempat dalam cerita tersebut benar-benar ada.
Hal ini mungkin karena keterbatasan pola pikir masyarakat yang berkembang pada masanya, dan kadangkala masyarakat belum terpikirkan untuk sekedar membuat catatan dan tulisan yang menggambarkan alur sejarah dan peristiwa penting suatu kejadian.
Pada zaman modern ini harapan besar muncul dengan adanya teknologi informasi yang dapat digunakan untuk merekam sejarah, kejadian ataupun peristiwa penting yang terjadi di suatu tempat, sehingga alur sejarah dapat di telusuri secara akurat dari berbagai sumber dan dari berbagai sisi.
Sebagai contoh setiap wilayah atau tempat bersejarah dibelahan dunia manapun pasti memiliki kronologis dan sejarah kemunculannya, sehingga dapat dikenal dengan suatu sebutan atau nama karena adanya catatan seseorang pada masanya yang ditemukan seseorang pada masa sekarang. 
Mungkin tidak berbeda jauh dengan keberadaan wilayah yang ada di Indonesia yang memiliki 81.253 Desa/Kelurahan,  6.994 Kecamatan dan 497 Kabupaten/Kota (Ditjen Kependudukan dan Catatan Sipil - Desember Tahun 2012).
Setiap Desa maupun wilayah memiliki cerita sendiri-sendiri, namun kadang belum bisa ditetapkan sebagai sejarah/riwayat maupun kronologis, sehingga cerita yang diketahui masyarakat hanya menjadi sebuah cerita, sebuah dongeng, ataupun sebuah legenda/mitos.
Karena untuk menetapkan suatu riwayat dan sejarah memerlukan suatu kajian ilmiah yang tentunya harus dapat diterima secara keilmuan dan rasionalitas.
Namun yang perlu kita ingat dan kita apresiasikan, bahwa cerita rakyat, dongeng, legenda maupun mitos yang bertahan dalam kehidupan masyarakat kita secara nalar mengandung nilai-nilai luhur, dan mengandung banyak hal positif yang dapat ditangkap sebagai pembelajaran khususnya pembelajaran terhadap kehidupan diri pribadi, kehidupan bermasyarakat, hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan secara spiritual adalah hubungan antara manusia dengan Sang Pencipta

Asal-usul Desa Ngrayun

Sejarah dan asal usul desa Ngrayun Kecamatan Ngrayun adalah dimulai pada saat masa Kerajaan Mataram dan masa penjajahan Belanda, dengan tokoh sentral 2 (dua) bersaudara Mbah Laung dan Mbah Rayut.
Pada Zaman kerajaan Mataram, terjadilah perlawanan terhadap penjajah Belanda. Karena waktu itu persenjataan belum canggih seperti sekarang ini atau dengan kata lain hanya menggunakan senjata seadanya, dengan strategi perlawanan masih berupa gerakan perlawanan kelompok / kedaerahan, maka para pejuang kita menggunakan strategi perang berpindah-pindah / gerilya. Para pejuang banyak yang menjadi korban dalam pertempuran terbuka semacam ini sehingga banyak yang melarikan diri agar tidak tertangkap oleh penjajah Belanda.
Alkisah, dua orang pejuang bersaudara (Laung dan Rayut) yang juga merupakan anggota keraton melarikan diri ke arah timur Yogyakarta. Mereka sampai di hutan belantara dan bertempat tinggal di hutan tersebut. Sang Kakak (Laung) menempati daerah bagian barat, dan Sang Adik (Rayut) menempati daerah bagian timur. 

Pada suatu hari Mbah Laung menderita sakit yang cukup parah. Anak-anaknya mengabarkan perihal keadaan ayah mereka kepada Sang Paman (Mbah Rayut). Sebelum menjenguk Sang Kakak, Mbah Rayut tersebut mandi besar untuk membersihkan diri. Lalu ia berangkat menjenguk Mbah Laun. Namun sesampainya di tempat Sang kakak, ia menjumpai Sang Kakak dalam keadaan sudah tiada. Sang Kakak telah dipanggil oleh Yang Maha Kuasa.
Ketika makam Sang Kakak akan ditimbun dengan tanah, tiba-tiba Si Adik ikut masuk ke dalam liang kubur dan menghembuskan nafas terakhirnya. Maka untuk mengenang kedua bersaudara tersebut, Sang Kakak yang bernama Mbah Laung, daerah tempat tinggalnya dinamai Slahung dan tempat tinggal Si Adik yang bernama Mbah Rayut dinamai Ngrayun.
Demikian cerita singkat asal-usul Desa Ngrayun, mungkin jauh dari kekurangan, perlu adanya reverensi untuk bisa menyempurnakan cerita tersebut, mungkin anda yang memiliki reverensi yang mendekati kronologis yang sebenarnya dapat membantu untuk menyempurnakan cerita di atas
mengutip Kata bijak dari Bung Karno "Jas Merah" Jangan sekali-kali melupakan sejarah....
kalau bukan kita siapa lagi
kalu bukan sekarang kapan lagi ...

sumber :
Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Ngrayun