Sejarah dan asal usul desa Ngrayun Kecamatan Ngrayun adalah dimulai pada saat masa Kerajaan Mataram dan masa penjajahan Belanda, dengan tokoh sentral 2 (dua) bersaudara Mbah Laung dan Mbah Rayut.
Pada Zaman kerajaan Mataram, terjadilah perlawanan terhadap penjajah Belanda. Karena waktu itu persenjataan belum canggih seperti sekarang ini atau dengan kata lain hanya menggunakan senjata seadanya, dengan strategi perlawanan masih berupa gerakan perlawanan kelompok / kedaerahan, maka para pejuang kita menggunakan strategi perang berpindah-pindah / gerilya. Para pejuang banyak yang menjadi korban dalam pertempuran terbuka semacam ini sehingga banyak yang melarikan diri agar tidak tertangkap oleh penjajah Belanda.
Alkisah, dua orang pejuang bersaudara (Laung dan Rayut) yang juga merupakan anggota keraton melarikan diri ke arah timur Yogyakarta. Mereka sampai di hutan belantara dan bertempat tinggal di hutan tersebut. Sang Kakak (Laung) menempati daerah bagian barat, dan Sang Adik (Rayut) menempati daerah bagian timur.
Pada suatu hari Mbah Laung menderita sakit yang cukup parah. Anak-anaknya mengabarkan perihal keadaan ayah mereka kepada Sang Paman (Mbah Rayut). Sebelum menjenguk Sang Kakak, Mbah Rayut tersebut mandi besar untuk membersihkan diri. Lalu ia berangkat menjenguk Mbah Laun. Namun sesampainya di tempat Sang kakak, ia menjumpai Sang Kakak dalam keadaan sudah tiada. Sang Kakak telah dipanggil oleh Yang Maha Kuasa.
Ketika makam Sang Kakak akan ditimbun dengan tanah, tiba-tiba Si Adik ikut masuk ke dalam liang kubur dan menghembuskan nafas terakhirnya. Maka untuk mengenang kedua bersaudara tersebut, Sang Kakak yang bernama Mbah Laung, daerah tempat tinggalnya dinamai Slahung dan tempat tinggal Si Adik yang bernama Mbah Rayut dinamai Ngrayun.
Pada Zaman kerajaan Mataram, terjadilah perlawanan terhadap penjajah Belanda. Karena waktu itu persenjataan belum canggih seperti sekarang ini atau dengan kata lain hanya menggunakan senjata seadanya, dengan strategi perlawanan masih berupa gerakan perlawanan kelompok / kedaerahan, maka para pejuang kita menggunakan strategi perang berpindah-pindah / gerilya. Para pejuang banyak yang menjadi korban dalam pertempuran terbuka semacam ini sehingga banyak yang melarikan diri agar tidak tertangkap oleh penjajah Belanda.
Alkisah, dua orang pejuang bersaudara (Laung dan Rayut) yang juga merupakan anggota keraton melarikan diri ke arah timur Yogyakarta. Mereka sampai di hutan belantara dan bertempat tinggal di hutan tersebut. Sang Kakak (Laung) menempati daerah bagian barat, dan Sang Adik (Rayut) menempati daerah bagian timur.
Pada suatu hari Mbah Laung menderita sakit yang cukup parah. Anak-anaknya mengabarkan perihal keadaan ayah mereka kepada Sang Paman (Mbah Rayut). Sebelum menjenguk Sang Kakak, Mbah Rayut tersebut mandi besar untuk membersihkan diri. Lalu ia berangkat menjenguk Mbah Laun. Namun sesampainya di tempat Sang kakak, ia menjumpai Sang Kakak dalam keadaan sudah tiada. Sang Kakak telah dipanggil oleh Yang Maha Kuasa.
Ketika makam Sang Kakak akan ditimbun dengan tanah, tiba-tiba Si Adik ikut masuk ke dalam liang kubur dan menghembuskan nafas terakhirnya. Maka untuk mengenang kedua bersaudara tersebut, Sang Kakak yang bernama Mbah Laung, daerah tempat tinggalnya dinamai Slahung dan tempat tinggal Si Adik yang bernama Mbah Rayut dinamai Ngrayun.
Demikian cerita singkat asal-usul Desa Ngrayun, mungkin jauh dari kekurangan, perlu adanya reverensi untuk bisa menyempurnakan cerita tersebut, mungkin anda yang memiliki reverensi yang mendekati kronologis yang sebenarnya dapat membantu untuk menyempurnakan cerita di atas
mengutip Kata bijak dari Bung Karno "Jas Merah" Jangan sekali-kali melupakan sejarah....
kalau bukan kita siapa lagi
kalu bukan sekarang kapan lagi ...
sumber :
Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Ngrayun
0 komentar:
Posting Komentar